Translate

Rabu, 19 Maret 2014

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi




Pengalaman menunjukan bahwa serpihan kayu terbakar lebih cepat daripada balok kayu, hal ini berarti bahwa laju reaksi yag sama dapat berlangsung dengan kelajuan yang berbeda, bergantung pada keadaan zat pereaksi. Dalam bagian ini akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Pengetahuan tentang hal ini memungkinkan kita dapat mengendalikan laju reaksi, yaitu melambatkan reaksi yang merugikan dan menambah laju reaksi yang menguntungkan.
1. Konsentrasi Pereaksi
Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin besarkonsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.
2. Suhu
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.
3. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi.
4. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
5. Luas Permukaan Sentuh
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin besar luas permukaan bidang sentuh antar partikel, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.

Kamis, 14 November 2013

PEMBUATAN LARUTAN DAN STANDARISASI NYA


Larutan standar kadang dapat disiapkan dng menimbang tepatsuatu zat, kmd dilarutkan dalam volume larutan yg diukur  tepat. Namun cara tersebut tidak dapat diterapkan secara umumkarena relatif hanya sedikit reagensia kimia dapat diperoleh dlmbentuk yg murni.

Perubahan gaya antar molekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan. Presentase massa (dengan istilah biasa adalah persen bobot) sering digunakan sehari-hari dan didefinisikan sebagai presentase berdasar massa suatu zat dalam larutan. Dalam kimia yang paling bermanfaat untuk menyatakan komposisi ialah fraksi mol, molaritas dan molalitas. Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik ialah titrasi. Titrasi memungkinkan kimiawan menentukan jumlah zat yang ada dalam sampel (Norman H. Nachtrieb, 1968).
Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan larutan encer. Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan, padatan atau gas sebagai zat yang terlarut (Ralph H. Petrucci, 1985).
Semua perhitungan dalam tetrimetri didasarkan pada konsentrasi titran sehingga konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titran semacam ini disebut larutan baku (standar). Larutan baku standar ada dua macam yaitu larutan baku primer dan larutan  baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai kemurnian yang tinggi. Larutan baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu proses yang mana larutan baku sekunder dibakukab dengan larutan baku primer disebut dengan standarisasi (Abdul Rohman, 2007). Pembuatan Larutan dan Standarisasinya
Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada suatu harga tertentu dan satu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah. Dengan menggunakan keanekaragaman indikator dan mencatat warna-warna dalam larutan-larutan, misalnya orang dapat memperkirakan keasaman atau kebasaan tanah, air, cairan tubuh dan tipe lain larutan-larutan itu. Pemilihan suatu indikator untuk titrasi asam basa tertentu tergantung pada kuat relatif asam dan basa yang digunakan didalam titrasi (Jesse Wood, 1980).
Pertukaran ion merupakan pertukaran kimia dimana zat yang insoluble memisahkan ion-ion bermuatan positif atau negatif dari larutan elektrolit. Ion-ion bermuatan sejenis dilepaskan  kedalam larutan yang secara kimiawi jumlahnya sama. Proses pertukaran ion ini tidak menyebabkan perubahan struktur fisik penukar ion (Anderas Djatmiko,2004)
Percobaan kali ini yaitu pembuatan larutan dan standarisasinya. Larutan adalah sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat. Terdiri dari dua komponen yaitu pelarut (solvent) yang memiliki proporsi lebih besar dan zat terlarut (solute) yang proporsi lebih kecil. Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan perlu dilakukan standarisasi. Larutan standar selanjutnya digunakan dalam proses analisis kimia dengan metode titrasi asam basa. Prinsip prosedur ini adalah untuk menentukan jumlah asam maka ditambahkan basa dalam jumlah yang ekuivalen atau sebaliknya. Proses titrasi diakhiri jika telah mencapai titik ekuivalen, yaitu titik saat penambahan sedikit titran akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Indikator adalah molekul pewarna yang warnanya tergantung pada konsentrasi H2O. Indikator ini sesungguhnya merupakan asam lemah atau basa lemah yang konjugasinya menjadi asam-basa menyebabkan perubahan warna.
Hasil analisis pengamatan, diperoleh nilai N HCl sebesar 0,089 N, padahal nilai N HCl seharusnya sebesar 0,1 N. Hal ini merupakan pengaruh dari massa borax yang beratnya 0,408 gram, karena semakin kecil massa borax maka semakin kecil pula nilai N yang dihasilkan dalam standarisasi tersebut. Volume HCl pada awalnya 100 ml, namun pada perhitungan standarisasi ini volume mengalami pengurangan sebesar 26 ml sehingga menjadi 24 ml. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya
Perhitungan pada data pengamatan menunjukkan nilai kadar Na2CO3 sebesar 96%. Dalam penentuan kadar Na2CO3 ini melibatkan peran gram Na2CO3, N HCl, V HCl dan massa atom relatif Na2CO3. Gram Na2CO3 dihitung sebanyak dua kali yaitu perhitungan pertama menggunakan ketetapan (10/50) dikalikan gram Na2CO3 dari penimbangan. Semakin besar gram Na2CO3 pada perhitungannya yang melibatkan V HCl, N HCl dan massa atom relatif Na2CO3 maka semakin besar pula kadar Na2CO3 yang dihasilkan. Hubungan antara gram Na2CO3, V HCl, N HCl dan kadar Na2CO3 adalah bahwa volume HCl selalu berperan dalam perhitungan N HCl, gram Na2CO3 dan kadar Na2CO3. Hal ini disebabkan karena HCl bersifat asam kuat atau elektrolit kuat. Setelah mengalami titrasi maka larutan terjadi perubahan warna. Perubahan warna menunjukkan adanya ekuivalen jumlah antara asam dan basa.
Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan pada acara 1 dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
  1. Dalam pembuatan larutan HCl 0,1 N dibutuhkan 0,81 ml HCl pekat.
  2. Standarisasi larutan HCl 0,1 N diperoleh 0,089 N.
  3. Penentuan kadar Na2CO3 dengan HCl diperoleh 96%.
  4. Standarisasi larutan HCl 0,1 N ditambah 3 tetes indikator methyl orange sehingga mengalami titrasi diperoleh warna merah berubah menjadi merah muda.

Jumat, 01 November 2013

Kegiatan Selama Prakerin

FOTO MASA-MASA MAGANG DI PT.INDOFARMA (Persero) TBK, Bekasi, Jawa Barat.



Jembatan Merah, Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor with Friends

Kebun Raya Bogor

PT. Indofarma (Persero) Tbk, Bekasi, Jawa Barat

Mesjid Istiqla, Jakarta


Tugu Monas, Jakarta
Tugu Monas with Friends
Tugu Monas with Friends
Tugu Monas with Friends

Kamis, 17 Oktober 2013

DO METER

Do meter

Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping parameter lain seperti kob dan kod.
Mekanisme
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air.


Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian merupakan pencemaran berat pada air.
Analisis dan Pengukuran
Untuk mengukur kadar DO dalam air, ada 2 metode yang sering dilakukan:
• Metode titrasi
• Metode elektrokimia atau lebih dikenal pengukuran dengan DO-meter





Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme ataupertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga.
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya.


Dalam kimia lingkungan, kimia oksigen demand (COD) uji umumnya digunakan untuk secara tidak langsung mengukur jumlah senyawa organik dalam air. Sebagian besar aplikasi COD menentukan jumlah polutan organik yang ditemukan dalam air permukaan (misalnya danau dan sungai) atau air limbah, membuat COD ukuran berguna dari kualitas air. Hal ini dinyatakan dalam miligram per liter (mg / L), yang menunjukkan massa oksigen yang dikonsumsi per liter larutan. Referensi yang lebih tua mungkin mengekspresikan unit sebagai bagian per juta (ppm).

Kimia oksigen demand (COD) uji umumnya digunakan untuk secara tidak langsung mengukur jumlah senyawa organik dalam aplikasi water.Most COD menentukan jumlah polutan organik yang ditemukan dalam air permukaan.
Bagaimana COD diukur?

Hal ini dinyatakan dalam miligram per liter (mg / L), yang menunjukkan massa oksigen yang dikonsumsi per liter larutan. Referensi yang lebih tua mungkin mengekspresikan unit sebagai bagian per juta (ppm).
Mengapa COD Ukur?
COD sering diukur sebagai indikator cepat polutan organik dalam air. Hal ini biasanya diukur pada tanaman air limbah kota dan industri pengobatan dan memberikan indikasi efisiensi proses pengobatan. COD diukur pada kedua air influen dan efluen. Efisiensi dari proses pengobatan ini biasanya dinyatakan sebagai Removal COD, diukur sebagai persentase dari bahan organik murni selama siklus.
Apa kebutuhan oksigen biokimia (B.O.D.)?

Oksigen biokimia permintaan atau B.O.D. adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme biologis aerobik dalam badan air untuk memecah hadir bahan organik dalam sampel air yang diberikan pada suhu tertentu selama periode waktu tertentu.
B.O.D. dan COD

Permintaan Oksigen Biokimia (BOD) adalah tes empiris yang menentukan persyaratan oksigen relatif dari air limbah, air limbah dan polusi. Direksi tes mengukur molekul oksigen digunakan selama durasi inkubasi ditentukan untuk degradasi biokimia bahan organik (karbon permintaan) dan oksigen digunakan untuk mengoksidasi bahan anorganik seperti besi besi dan sulfida. Uji BOD yang paling umum terdiri dari jangka waktu 5 hari di mana sampel ditempatkan dalam botol kedap udara pada suhu kondisi yang terkendali (20 º C ± 1 º C), menjaga setiap cahaya dari penetrasi sampel untuk mencegah fotosintesis. Para Oksigen terlarut (DO) dalam sampel diukur sebelum dan sesudah masa inkubasi 5 hari, dan Direksi kemudian dihitung sebagai perbedaan antara awal dan akhir DO pengukuran. Direksi dapat dianggap sebagai lebih "alami" tes dalam menentukan oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik, namun tidak memperhitungkan perubahan yang cepat dalam kondisi. COD sering disukai untuk analisis harian karena secara inheren lebih direproduksi, menyumbang perubahan kondisi dan membutuhkan waktu singkat untuk menyelesaikan


Argometer oksigen terlarut adalah alat yang mutlak. Setiap industri yang mengambil minat aktif dalam kualitas air sekitarnya akan menggunakan salah satu alat secara teratur. Oksigen adalah komponen penting untuk semua makhluk hidup, dan kurangnya oksigen dalam sumber air bisa berarti kematian untuk berbagai hewan dan bakteri penting. Dengan menggunakan perangkat ini, siapa pun dapat mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa saluran air mereka mempertahankan keseimbangan yang sehat untuk kehidupan binatang.

Jenis instrumen datang dalam berbagai samaran, tetapi mereka semua melayani tujuan yang sama. Argometer oksigen terlarut mengukur jumlah oksigen terlarut yang hadir dalam sumber air. Sensor polarografi memancarkan tegangan tertentu yang dapat mengumpulkan data mengenai tingkat oksigen. Galvanic meter dianggap lebih akurat, dan tidak menggunakan arus listrik. Sebuah sensor optik kemekaran bunga yang dianggap ideal untuk setiap pengukuran yang berlangsung lama. Jenis instrumen tidak menggunakan apapun oksigen saat mengambil bacaan, juga tidak dipengaruhi oleh zat-zat luar. Oleh karena itu, dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama tanpa khawatir penuaan apapun.

Argometer oksigen terlarut dapat digunakan oleh siapa saja yang peduli dengan kesehatan sumber air lokal mereka, tapi alat ini umumnya digunakan oleh industri tertentu. Petani ikan cenderung membuat baik penggunaan alat ini sebagai cara untuk menjamin kesehatan ikan. Kadar oksigen yang cukup akan memberikan cukup bagi ikan untuk bernapas. Instalasi pengolahan air menggunakan meter oksigen terlarut untuk memastikan proses pengobatan mereka aman dan efektif. Setiap perusahaan yang membuang limbah ke sumber air biasanya diwajibkan oleh hukum untuk membatasi jumlah mereka membuang. Ini berarti akan menguntungkan mereka untuk menggunakan meter oksigen terlarut untuk memastikan air tidak lebih tercemar.

Instrumen ini dapat berkisar dari $ 200 menjadi sekitar $ 1.400. Hanna adalah merek yang membuat berbagai meter. Di antara mereka adalah model 93732N Hi. Untuk sekitar $ 250, model ini dapat mengukur berbagai oksigen dari 0 sampai 10 mg / L. Ini adalah sensor polarografi khas, dan dilengkapi dengan baterai volt 9.

Oakton juga memproduksi model yang berbeda. DO mereka 110 model dapat menyimpan hingga 100 buah data baik dalam Fahrenheit atau Celsius. Ini adalah galvanicmeter, dan termasuk probe untuk pengukuran. Layar dapat membaca dalam mg / L, ppm, atau kisaran% saturasi, dan juga dapat memberikan kisaran suhu air. Ini seharga sekitar $ 600, dan dapat ditemukan di website pasokan paling utama industri.

Pengolahan air, pengendalian pencemaran, budidaya ikan, atau karir berbasis air harus memanfaatkan fungsi-fungsi khusus dari satu meter oksigen terlarut untuk memastikan operasi mereka tetap sehat untuk semua yang terlibat.


COLORIMETER

Colorimeter adalah instrumen alat uji yang peka terhadap cahaya yang mengukur berapa banyak warna yang diserap oleh objek atau substansi. Hal ini menentukan warna berdasarkan komponen dari cahaya yang diserap oleh objek, Ketika cahaya melewati medium, sebagian dari cahaya yang diserap, dan sebagai hasilnya, ada penurunan beberapa banyak cahaya yang dipantulkan oleh medium. Alat uji colorimeter merupakan solusi bagi pengguna untuk dapat menganalisa konsentrasi zat tertentu dalam medium tersebut. Perangkat ini berdasar pada hukum Beer-Lambert yang menyatakan bahwa penyerapan cahaya yang ditransmisikan melalui media berbanding lurus dengan konsentrasi medium.Colorimeter tersedia dalam berbagai jenis termasuk densitometer warna, yang mengukur kepadatan warna primer, dan fotometer warna, yang mengukur refleksi dan transmisi warna.

Colorimetri Kimia:Sebagian besar spesies dalam air tidak memiliki warna apapun, yang berarti bahwa spesies tidak menyerap cahaya dalamdaerah tampak. Untuk mengukur absorbansi dari molekul tidak berwarna, reaksi harus ditemukan yangakan menghasilkan warna yang dapat diukur. Banyak pendekatan yang tersedia, dan yang paling digunakan adalah:• Bereaksi spesies dengan reagen untuk menghasilkan senyawa baru yang memiliki satu atau lebih chromophores• chelate spesies untuk membentuk kompleks dengan warna yang berbeda dari salah satu spesies atau yangasli chelant.• Gunakan suatu senyawa berwarna yang diputihkan oleh spesies yang dianalisis.• Membentuk senyawa antara yang dapat teroksidasi atau dikurangi setelah itu untuk memberikanberwarna senyawaMengembangkan tes meliputi mencari pH optimum untuk reaksi dan pengembangan warna, "masking" darimungkin gangguan, dan waktu optimal untuk menentukan pengukuran. Tes Orion semua didasarkan padasecara luas diterima, kimia.Apa Kekeruhan?Kekeruhan adalah interaksi antara cahaya dan partikel tersuspensi dalam air. Ini adalah kualitatifpengukuran karena refleksi dan hamburan cahaya dari partikel tergantung pada sifatyang khusus partikel. Partikel ukuran dan bentuk mempengaruhi arah dan intensitas cahaya yang tersebar,sebagaimana akan warna, dan bagaimana transparan atau reflektif itu. Intensitas hamburan dan arah pencarjuga perubahan dengan panjang gelombang dari cahaya insiden. Secara umum, semakin besar intensitastersebar cahaya, semakin tinggi kekeruhan, itu tidak mungkin untuk memperkirakan secara kuantitatif partikelkecuali konsentrasi partikel yang seragam dan direproduksi.Kekeruhan adalah kualitas indikator air yang penting untuk padatan tersuspensi seperti lumpur, tanah liat, ganggang,mikroorganisme, bahan organik dan partikel-partikel lain, dan dapat mengganggu kimiadan tes biologis. Kekeruhan diukur dalam satuan NTU (Unit Kekeruhan nephelometric), atau dalam satuandari FTU (Unit Kekeruhan Formazine), tergantung pada standar kalibrasi digunakan.

PENGERTIAN ASAM ASETAT (CH3COOH) DAN PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.

Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latin acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak bercampur air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada 16.7 °C, sedikit di bawah suhu ruang.
Reaksi-reaksi kimia
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:
Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) → (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)
NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA

TUJUAN PERCOBAAN
·         Menentukan kadar asam asetat yang terdapat dalam asam cuka yang beredar di pasaran.
·         Dapat menimbang dengan menggunakan neraca digital.
·         Dapat melakukan standarisasi larutan.
·         Dapat membedakan larutan standar primer dan larutan standar sekunder.


1.2.1 Asam Asetat
Asam asetat adalah salah satu contoh dari asam karboksilat yang mempunyaigugus fungsi ±COOH yang disebut gugus karboksil karena merupakan gugus darigugus karbonil ( -CO-) dan gugus hidroksil (-OH).Asam asetat terdapat dalam cuka makan memiliki kadar sekitar 20 ± 25%. Asamasetat murni disebut asam asetat glasial merupakan campuran bening yang tidak  berwarna, berbau sangat tajam dan membeku pada suhu 16,6 OC membentuk Krista yangmenyerupai es. Asam asetat yang baik dikonsumsi oleh tubuh adalah 3% maksimum60mg/kg.

1.2.2 Larutan Standar 
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti ataudapat pula diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk menetapkan konsentrasilarutan standar sekunder atau larutan yang harga konsentrasinya masih dapat berubahkarena pengaruh lingkungan


1.2.4 Titik ekivalen
Titik ekivalen adalah titik akhir titrasi,yaitu dimana suatu titrasi akan dihentikankarena telah mencapai suatu kesetaraan.Untuk mengetahui kapan suatu titrasi dikatakansetara ialah bila pada larutan titrit telah terjadi perubahan warna.Hal ini disebabkankarena penambahan indikator sebagai larutan petunjuk.

1.2.5 Indikator PP(penolptalain)
Indikator PP adalah asam dwiprotik yang tak berwarna. Mula- mula zat ini berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian dengan kehilingan protonkedua, menjadi ion dengan sistem konjungasi maka timbulah warna merah. Maka sebagian aturan umum, orang sebaiknya memilih suatu indikator yang berubah warna kira ± kira pada pH kesetaraan titik titrasi. Untuk asam ± asam lemah, pHtitik kesetaraan di atas 7 dan biasanya dipilih phenolptalein. Untuk basa lemah, dimana pH titik kestaraan titik kestaraan di bawah 7, biasanya di gunakan metal merah ataumetal jingga. Untuk asam kuat dan basa kuat biasanya dipilih metal merah, bromotimol biru dan PP.

1.2.6 Titrasi Asam Basa ( Asidimetri ± Alkalimetri )
Reaksi dasar dari titrasi asam basa yaitu penetralan atau netralisasi yangmenghasilkan garam dan air. Misalnya reaksi antara natrium hidroksida dan asam klorida.

NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O


 Bila diukur berapa mL larutan asam denhan titar tertentu diperlukan untuk menetralkan suatu larytan basa, kadarnya atau titarnya dicari maka pekerjaan itu disebutasidimetri sedangkan penitaran sebaliknya, asam dengan basa yang titarnya diketahuidisebut alkalimetri.


Rabu, 16 Oktober 2013

CARA MENGHILANGKAN Fe DALAM H2O


Pada umumnya metode yang digunakan untuk menghilangkan besi adalah metode fisika, kimia, biologi maupun kombinasi dari masing – masing metode tersebut. Metode fisika dapat dilakukan dengan cara filtrasi, aerasi, presipitasi, elektrolitik, pertukaran ion (ion exchange), adsorpsi dan sebagainya. Metode kimia dapat dilakukan dengan pembubuhan senyawa khlor, kapur – soda, ozon, polyphosphat, koagulan, flokulan, dan sebagainya. Metode biologi dapat dilakukan dengan cara menggunakan mikroorganisme autotropis tertentu seperti bakteri besi yang mampu mengoksidasi senyawa besi.
Pemilihan proses tersebut dipilih berdasarkan besarnya konsentrasi zat besi serta kondisi air baku yang digunakan. Untuk menghilangkan zat besi di dalam air yang paling sering digunakan adalah dengan cara proses oksidasi secara kimiawi kemudian dilanjutkan dengan pemisahan endapan/suspensi/dispersi atau (suspended solid) yang terbentuk menggunakan proses sedimentasi dan atau filtrasi. Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan endapan tersebut maka dapat digunakan proses koagulasi-flokulasi yang dilanjutkan dengan sedimentasi dan filtrasi.
Berikut ini beberapa proses penghilangan besi dalam air:
1.      Proses Oksidasi
Proses penghilangan besi dan mangan dengan cara oksidasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu :
1.      Oksidasi dengan aerasi
Aerasi adalah proses pengambilan oksigen dengan cara mengkontakkan air yang tercemar Fe dengan udara sehingga kandungan oksigen dalam air bertambah.
Adanya kandungan alkalinity, (HCO3)- yang cukup besar dalam air, akan menyebabkan senyawa besi berada dalam bentuk senyawa ferro bikarbonat, Fe(HCO3)2. Oleh karena bentuk CO2 bebas lebih stabil daripada (HCO3)-, maka senyawa bikarbonat cenderung berubah menjadi senyawa karbonat.
Fe(HCO3)2 ===> FeCO3 + CO2 + H2O
Dari reakasi tersebut dapat dilihat, jika CO2 berkurang, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke kanan dan selanjutnya reaksi akan menjadi sebagai berikut :
FeCO3 + CO2 ===> Fe(OH)2 + CO2
hidroksida besi (II) masih mempunyai kelarutan yang cukup besar, sehingga jika terus dilakukan oksidasi dengan udara atau aerasi akan terjadi reaksi (ion) sebagai berikut:
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ===> 4 Fe(OH)3 + 8 H+
Sesuai dengan reaksi tersebut, maka untuk mengoksidasi setiap 1 mg/l zat besi dibutuhkan 0,14 mg/l oksigen. Pada pH rendah, kecepatan reaksi oksidasi besi dengan oksigen (udara) relatif lambat, sehingga pada prakteknya untuk mempercepat reaksi dilakukan dengan cara menaikkan pH air yang akan diolah. Pengaruh pH terhadap oksidasi besi dengan udara (aerasi) dapat dilihat pada Tabel 1.
2.      Oksidasi dengan klorinasi
Khlorine, Cl2 dan ion hipokhlorit, (OCl)- adalah merupakan bahan oksidator yang kuat sehingga meskipun pada kondisi pH rendah dan oksigen terlarut sedikit, dapat mengoksidasi dengan cepat. Reaksi oksidasi antara besi dengan khlorine adalah sebagai berikut:
2 Fe2+ + Cl2 + 6 H2O ==> 2 Fe(OH)3 + 2 Cl- + 6 H+
Berdasarkan reaksi tersebut di atas, maka untuk mengoksidasi setiap 1 mg/l zat besi dibutuhkan 0,64 mg/l khlorine. Tetapi pada prakteknya, pemakaian khlorine ini lebih besar dari kebutuhan teoritis karena adanya reaksi-reaksi samping yang mengikutinya. Disamping itu apabila kandungan besi dalam air baku jumlahnya besar, maka jumlah khlorine yang diperlukan dan endapan yang terjadi juga besar sehingga beban flokulator, bak pengendap dan filter menjadi besar pula. Berdasarkan sifatnya, pada tekanan atmosfir khlorine adalah berupa gas. Oleh karena itu, untuk mengefisienkannya, khlorine disimpan dalam bentuk cair dalam suatu tabung silinder bertekanan 5 sampai 10 atmosfir. Untuk melakukan khlorinasi, khlorine dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan ke dalam air yang jumlahnya diatur melalui orifice flowmeter atau dosimeter yang disebut khlorinator. Pemakaian kaporit atau kalsium hipokhlorit untuk mengoksidasi atau menghilangkan besi relatif sangat mudah karena kaporit berupa serbuk atau tablet yang mudah larut dalam air.


3.      Oksidasi dengan permanganat
Untuk menghilangkan besi dalam air, dapat pula dilakukan dengan mengoksidasinya dengan memakai oksidator kalium permanganat dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
3 Fe2+ + KMnO4 + 7 H2O ==> 3 Fe(OH)3 + MnO2 + K+ + 5 H+
Secara stokhiometri, untuk mengoksidasi 1 mg/l besi diperlukan 0,94 mg/l kalium permanganat. Dalam prakteknya, kebutuhan kalium permanganat ternyata lebih sedikit dari kebutuhan yang dihitung berdasarkan stokhiometri. Hal ini disebabkan karena terbentuknya mangan dioksida yang berlebihan yang dapat berfungsi sebagai oksidator dan reaksi berlanjut sebagai berikut :
2 Fe2+ + 2 MnO2 + 5 H2O ==> 2 Fe(OH)3 + Mn2O3 + 4 H+
2.      Proses Koagulasi-flokulasi
1.      Proses Koagulasi dengan penambahan bahan koagulan
Sebagaimana diketahui bahwa zat besi banyak terdapat dalam air tanah dan pada umumnya berada dalam bentuk senyawa valensi 2 atau dalam bentuk ion Fe2+ . Lain halnya jika besi tersebut berada dalam air dalam bentuk senyawa organik dan koloid, misalnya bersenyawa dengan zat warna organik atau asam humus (humic acid), maka keadaan yang demikian susah dihilangkan baik dengan cara aerasi, penambahan khlorine maupun dengan penambahan kalium permangganat. Adanya partikel-partikel halus Fe(OH)3.n H2O air juga sukar mengendap dan menyebabkan air menjadi keruh.
Untuk menghilangkan zat besi seperti pada kasus tersebut di atas, perlu dilakukan koagulasi dengan membubuhkan bahan koagulan, misalnya aluminium sulfat, Al2(SO4).nH2O dalam air yang mengandung kolloid. Dengan pembubuhan koagulan tersebut, koloid dalam air menjadi bergabung dan membentuk gumpalan (flock) kemudian mengendap. Setelah koloid senyawa besi mengendap, kemudian air disaring dengan saringan pasir cepat.
2.      Proses Koagulasi dengan Cara Elektrolitik
Ke dalam air baku dimasukkan elektroda dari lempengan logam aluminium (Al) yang dialiri dengan listrik arus searah. Dengan adanya arus listrik tersebut, maka elektroda logam Al tersebut sedikit demi sedikit akan larut ke dalam air membentuk ion Al3+, yang oleh reaksi hidrolisa air akan membentuk Al(OH)3 merupakan koagulan yang sangat efektif. Dengan terbentuknya Al(OH)3.nH2O dan besi organik serta partikel-pertikel kolloid lain yang bermuatan negatif akan tertarik oleh ion Al3+ sehingga menggumpal menjadi partikel yang besar, mengendap dan dapat dipisahkan. Cara ini sangat efektif, tetapi makin besar skalanya maka kebutuhan listriknya makin besar pula.
3.      Proses Filtrasi Kontak
Ada dua cara yang banyak dipakai yaitu :
1.      Filtrasi dengan media filter yang mengandung MnO2
Air baku yang mengandung Fe dialirkan ke suatu filter yang medianya mengandung MnO2.nH2O. Selama mengalir melalui media tersebut Fe yang terdapat dalam air baku akan teroksidasi menjadi bentuk Fe(OH)3 oksigen terlarut dalam air, dengan oksigen sebagai oksidator. Reaksinya adalah sebagai berikut :
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ===> 4 Fe(OH)3 + 8 H+
Untuk reaksi penghilangan besi tersebut diatas adalah merupakan reaksi katalitik dengan MnO2  sebagai katalis sehingga kemampuan penghilangan Fe nya makin lama makin berkurang.
2.      Dengan Mangan Zeolite
Air baku yamg mengandung besi dialirkan melalui suatu filter bed yang media filternya terdiri dari mangan-zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7). Mangan Zeolit berfungsi sebagai katalis dan pada waktu yang bersamaan besi yang ada dalam air teroksidasi menjadi bentuk ferri-oksida yang tak larut dalam air. Reaksinya adalah sebagai berikut :
K2Z.MnO.Mn2O7+4 Fe(HCO3)2 ==> K2Z + 3 MnO2 + 2 Fe2O3 + 8 CO2 + 4 H2O Reaksi penghilangan besi dengan mangan zeoite tidak sama dengan proses pertukaran ion, tetapi merupakan reaksi dari Fe2+ dengan oksida mangan tinggi (higher mangan oxide).
Filtrat yang terjadi mengandung mengandung ferri-oksida yang tak larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan pengendapan dan penyaringan. Selama proses berlangsung kemampunan reaksinya makin lama makin berkurang dan akhirnya menjadi jenuh. Untuk regenerasinya dapat dilakukan dengan menambahkan larutan Kaliumpermanganat kedalam zeolite yang telah jenuh tersebut sehingga akan terbentuk lagi mangan zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7).
4.      Proses Soda Lime
Proses ini adalah merupakan gabungan antara proses pemberian zat alkali untuk menaikkan pH dengan proses aerasi. Dengan menaikkan pH air baku sampai harga tertentu maka reaksi oksidasi besi dan mangan dengan cara aerasi dapat berjalan lebih cepat. Zat alkali yang sering dipakai yaitu kapur (CaO) atau larutan kapur [Ca(OH)2 ] dan soda api [Na(OH)] atau campuran antara keduanya. Cara penambahan zat alkali yakni sebelum proses aerasi. Untuk oksidasi besi, sangat efektif pada pH 8-9, sedang untuk oksidasi mangan baru efektif pada pH > 10. Oleh karena pH air baku menjadi tinggi, maka setelah Fe nya dipisahkan, air olahan harus dinetralkan kembali.
5.      Proses Penghilangan Besi dengan Bakteri Besi
Pada saringan pasir lambat, pada saat operasi dengan kecepatan 10-30 meter/hari, setelah operasi berjalan 7-10 hari, maka pada permukaan atau dalam media filternya akan tumbuh dan berkembang biak bakteri besi yang dapat mengoksidasi besi yang ada dalam air. Bakteri besi mendapatkan energi aktivasi yang dihasilkan oleh reaksi oksida besi, untuk proses perkembangbiakannya. Dengan didapatkannya energi tersebut maka jumlah sel bakteri juga akan bertambah. Dengan bertambahnya jumlah sel bakteri besi tersebut, maka kemampuan mengoksidasi-nyapun menjadi bertambah pula. Sedangkan besi yang telah teroksidasi akan tersaring/tertinggal dalam filter. Yang termasuk dalam grup Bakteri besi yang banyak dijumpai yaitu: Crenothrix yang dapat menghilangkan besi.

6.      Penghilangan Besi dengan Filtrasi DuaTahap
Cara ini sebetulnya untuk menghilangkan / meniadakan proses koagulasi dan sedimentasi yaitu dengan cara melakukan penyaringan 2 (dua) tahap dengan saringan pasir cepat. Setelah proses aerasi, maka senyawa besi dalam bentuk Fe(OH)3larut dalam air dialirkan ke dalam saringan pasir cepat secara bertahap. Cara ini dapat menghemat biaya operasi untuk koagulasi dan pengendapan tetapi beban saringan pertama akan cukup besar.
7.      Cara Lain
Khususnya untuk menghilangkan besi yang ada dalam air ada cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan Oksidasi Kontak (Contact Oxydation). Air baku dialirkan melalui saringan pasir atau media lainnya yang permukaannya terlapisi oleh zat oksiferrihidroksida (FeOOH). Pada saat melalui media tersebut Fe2+ dengan waktu yang sangat singkat akan teroksidasi menjadi Fe3+ dengan zat oksigen yang terlarut (DO) sebagai oksidator.
Tetapi jika kandugnan oksigen yang terlarut dalam air baku kecil misalnya air tanah, maka air bakunya harus dikontakkan dengan udara dengan cara kontak biasa atau menggunakan peralatan tertentu untuk suplai oksigen. Mekanisme reaksi penghilangan besi dengan oksidasi kontak adalah merupakan reaksi auto-katalitik dengan oksiferrihidroksida (FeOOH) sebagai katalis, yang banyak terdapat pada bijih limonite. Jika dibandingkan dengan cara-cara yang lain, penghilangan besi dengan cara ini mempunyai karakteristik yang sangat berbeda. Cara oksidasi kontak ini mempunyai keuntungan:
·         Tanpa proses Koagulasi dan Pengendapan.
·         Kecepatan filtrasi besar.
·         Waktu pakai media filter (penyaringan) / katalis lama.
·         Tanpa proses regenerasi